Peluang dan Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia

Peluang dan Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia

(Rafi’ Zharfan Maulana/22025010047)

 

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berrarti negara Indonesia mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai penopang perekonomian. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan pangan, subsektor perikanan, subsektor kehutanan, dan subsektor peternakan. Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih berperan penting bagi kelangsungan negara, dan membangun perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk masyarakat Indonesia, dan sebagai penyedia lapangan kerja serta sebagai pengentasan kemiskinan. Di tengah perubahan global yang cepat, peran Revolusi 4.0 dalam membentuk masa depan pertanian Indonesia menjadi sangat krusial.

Revolusi industri generasi keempat, yang secara luas dikenal dengan istilah industry 4.0 merupakan sebuah revolusi industri yang di tandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Sawitri (2019) Revolusi Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), Komputasi awan dan komputasi kognitif. Wardhani dkk (2023) juga mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah era industri digital dimana seluruh bagian yang ada di dalamnya saling berkolaborasi dan berkomunikasi secara real time dimana saja kapan saja dengan pemanfaatan IT (teknologi informasi) berupa internet dan CPS, IoT dan IoS guna menghasilkan inovasi baru atau optimasi lainnya yang lebih efektif dan efisien.

Dalam era Revolusi Industri 4.0, teknologi modern membawa dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan termasuk sistem pertanian di Indonesia. Teknologi 4.0 dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor pertanian, sehingga dapat membantu membangun kemajuan pertanian di Indonesia. Selain itu para petani juga terdapat berbagai tantangan dalam menghadapi revolusi industry 4.0, oleh karena itu artikel ini akan membahas peran Teknologi 4.0 dalam pembangunan pertanian di Indonesia, serta mengidentifikasi tantangan-tantangan yang perlu diatasi serta peluang yang dapat dimanfaatkan.


 

Sub Judul 1 : Peluang Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia

Pertanian merupakan pondasi dasar ekonomi bangsa, dengan pembangunan pertanian yang baik akan berimbas pada perekonomian yang stabil. Pembangunan pertanian terhadap perekonomian suatu bangsa adalah berbanding lurus. Suatu bangsa dapat dikatakan menjadi bangsa yang maju apabila seluruh kebutuhan primer rakyatnya terpenuhi yaitu kebutuhan pangan. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan tren otomasi dalam industri 4.0 harus tetap menjaga kebutuhan dasar masyarakat Indonesia, khususnya di bidang pertanian (Puspitasari, 2020). Dalam bidang pertanian, teknologi digital bisa dimanfaatkan selama proses on farm dan off farm.

Penerapan teknologi ini dapat membantu mencapai target swasembada pangan yang berkelanjutan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada. Namun, penerapan Industri 4.0 di sektor pertanian di Indonesia masih terbatas di beberapa daerah saja. Penerapan Industri 4.0 di sektor pertanian di Indonesia masih terbatas di beberapa daerah saja karena beberapa faktor. Salah satunya adalah kurangnya pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi petani untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi ini secara efektif. Selain itu, kurangnya insentif dan subsidi dari pemerintah juga menjadi kendala dalam mengadopsi teknologi 4.0 di sektor pertanian.

Pemanfaatan Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan serta perkembangan pertanian di Indonesia. Beberapa peluang penerapan Teknologi 4.0 dalam membangun kemajuan pertanian di Indonesia antara lain,

1.    Smart Farming

Smart farming atau pertanian pintar atau pertanian presisi merupakan pengelolaan pertanian berbasis teknologi dan inovasi dengan memanfaatkan mesin dan peralatan pertanian serta teknologi digital di sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah, daya saing dan keuntungan secara berkelanjutan. Smart farming mengacu pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi di sektor pertanian. Penerapan teknologi ini dapat membantu memantau pertumbuhan tanaman, kelembaban tanah, dan tingkat nutrisi, serta mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi. Smart Farming menggunakan teknologi seperti sensor cuaca dan tanah, aplikasi pendukung, Internet of Things (IoT), Big Data Analytics, dan Artificial Intelligence (AI) untuk memantau dan mengontrol berbagai aspek dalam proses pertanian.

Sensor cuaca dan tanah dapat digunakan untuk memantau kondisi cuaca dan tanah secara real-time. Data yang dikumpulkan oleh sensor ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk, serta memprediksi cuaca yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Aplikasi pendukung dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari sensor cuaca dan tanah. Aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi tentang penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat, serta memberikan peringatan dini tentang kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. IoT dapat digunakan untuk memantau dan mengontrol berbagai aspek dalam proses pertanian, seperti kelembaban tanah, suhu, dan kelembaban. Sensor IoT dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang pertumbuhan tanaman, kelembaban tanah, dan tingkat nutrisi, yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida. Big Data Analytics dan AI dapat digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan dari sensor IoT dan sumber lainnya untuk mengoptimalkan hasil panen dan mengurangi limbah. Dalam konsep Smart Farming, teknologi IoT tidak berdiri sendiri, tetapi juga harus diterapkan berdampingan dengan teknologi ICT lainnya agar kita bisa memperoleh manfaat maksimal.

2.    Digitalisasi Pertanian

Digitalisasi pertanian merupakan salah satu peluang penerapan revolusi industri 4.0 dalam membangun kemajuan pertanian di Indonesia dalam proses on farm. Digitalisasi pertanian dapat membantu mempermudah serta memperlancar semua proses pertanian mulai dari produksi hingga pemasaran. Penerapan smart farming 4.0 bukan hanya sekedar tentang penerapan teknologi semata, namun kunci utamanya adalah data yang terukur. Data ini yang nantinya akan dibaca serta digunakan sebagai parameter bagi pelaku pertanian untuk mendapatkan acuan serta rekomendasi pada praktek pertaniannya, sehingga diperlukan lebih efisien serta efektif pada mengoptimalkan seluruh asal daya alam yang dimilikinya. Digitalisasi pertanian juga dapat membantu petani dalam mengelola lahan pertanian mereka.

Dalam penerapannya, digitalisasi pertanian dapat membantu petani dalam memantau dan memprediksi kondisi tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti air, pupuk, dan pestisida, serta memperoleh hasil panen yang lebih baik dan lebih berkelanjutan di masa depan. Selain itu, digitalisasi pertanian juga dapat membantu petani dalam mengelola lahan pertanian mereka, seperti memantau kondisi tanah dan memperoleh rekomendasi tentang penggunaan pupuk yang tepat. Dalam konsep smart farming, semua data on farm akan dianalisa secara menyeluruh oleh sistem aplikasi dan dipergunakan menjadi acuan buat pengambilan keputusan serta prediksi pertanian kedepan. Hasil analisa juga bisa dipergunakan oleh petani untuk mendapatkan solusi terkait dengan budidaya pertanian. Dalam rangka mewujudkan potensi digitalisasi pertanian, pemerintah perlu memberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai kepada petani agar dapat mengadopsi dan menggunakan teknologi ini secara efektif. Pemerintah juga dapat memberikan insentif dan subsidi untuk mendorong petani mengadopsi teknologi ini.

3.    Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi

Penerapan revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian Indonesia membawa perubahan signifikan dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Melalui digitalisasi pertanian, petani kini memiliki akses ke teknologi canggih seperti sensor tanah, sistem irigasi otomatis yang terhubung dengan sensor cuaca, serta pemantauan drone yang memungkinkan pemantauan tanaman dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dengan bantuan teknologi ini, petani dapat mengelola lahan pertanian mereka dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka dapat mengukur kelembaban tanah dan kandungan nutrisi, mengatur irigasi yang optimal, serta mendeteksi potensi serangan hama atau penyakit secara lebih dini. Hasilnya adalah peningkatan kualitas tanaman dan penurunan kerugian panen, yang memberikan hasil yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.

Peningkatan kualitas produksi juga terkait erat dengan penggunaan data cuaca yang lebih akurat dan pemantauan perubahan iklim. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang cuaca, petani dapat merencanakan penanaman dan perawatan tanaman yang sesuai dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah. Ini membantu mengurangi risiko gagal panen dan menjaga kualitas hasil pertanian. Sementara itu, penggunaan drone dalam pemetaan lahan dan pemantauan pertumbuhan tanaman memberikan pandangan yang lebih luas dan mendetail tentang keadaan lapangan. Ini membantu petani dalam mengoptimalkan penggunaan lahan mereka dan memastikan kuantitas hasil yang lebih tinggi. Selain itu, manajemen persediaan yang lebih efisien juga berkontribusi pada peningkatan kuantitas produksi dengan mengurangi pemborosan sumber daya pertanian seperti pupuk dan pestisida.

4.    Peningkatan Daya Saing

Peningkatan daya saing dalam sektor pertanian di Indonesia merupakan sebuah upaya integral dalam memperkuat peran negara ini di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Implementasi Industri 4.0 dalam sektor pertanian adalah langkah yang sangat penting dalam meningkatkan daya saing sektor agrikultur Indonesia. Ini membawa berbagai manfaat yang signifikan. Salah satunya adalah peningkatan efisiensi dalam proses usahatani. Dengan teknologi Internet of Things (IoT) dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang bekerja berdampingan, petani dapat memantau dan mengelola tanaman dan peternakan mereka secara lebih efisien. Sensor dan perangkat terhubung memungkinkan pemantauan yang real-time terhadap kondisi tanah dan tanaman, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil lebih cepat. Hal ini mengurangi pemborosan sumber daya dan meningkatkan produktivitas.

Peningkatan daya saing ini juga memberikan dampak langsung pada ekspor produk pertanian Indonesia. Produk pertanian yang dihasilkan dengan kualitas lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi lebih menarik bagi pasar global. Selain itu, teknologi 4.0 memungkinkan pelacakan dan transparansi yang lebih baik dalam rantai pasokan pertanian, yang dapat membantu memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan oleh pasar global. Dengan kata lain, melalui pemanfaatan Industri 4.0, sektor pertanian Indonesia dapat bersaing secara lebih efektif di pasar internasional, meningkatkan pangsa ekspornya, dan pada akhirnya, mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Peningkatan daya saing memungkinkan inovasi dalam produk pertanian, seperti pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap penyakit atau penggunaan metode pertanian yang lebih berkelanjutan. Inovasi ini dapat memberikan keunggulan kompetitif yang kuat di pasar global.

5.    Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional

Meningkatkan ketahanan pangan nasional merujuk pada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya secara berkelanjutan dan mandiri, tanpa tergantung pada impor pangan dari negara lain. Hal ini mencakup aspek produksi, distribusi, dan akses masyarakat terhadap pangan yang cukup, aman, bergizi, dan terjangkau. Meningkatkan ketahanan pangan adalah upaya untuk menjaga suplai pangan yang memadai untuk penduduk negara, bahkan dalam situasi yang mungkin penuh tantangan seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, atau bencana alam.

Penerapan revolusi industri 4.0 di sektor pertanian merupakan sarana yang sangat efektif dalam mencapai sasaran meningkatkan ketahanan pangan. Melalui teknologi canggih seperti IoT, sensor, dan analitik data, petani dapat mengelola lahan dan sumber daya mereka dengan lebih cerdas. Ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian. Ketika produksi pertanian meningkat secara berkelanjutan, ini membantu dalam mencapai swasembada pangan yang lebih stabil, sehingga Indonesia menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Selain itu, dengan produksi pangan yang berlimpah, peluang ekspor produk pertanian ke pasar internasional juga semakin besar. Ini menciptakan potensi pendapatan yang signifikan bagi petani dan negara secara keseluruhan. Penerapan revolusi industri 4.0 di sektor pertanian bukan hanya tentang meningkatkan produktivitas, tetapi juga tentang menjaga keberlanjutan. Dengan menggunakan sumber daya dengan bijak dan mengurangi limbah, teknologi ini membantu dalam menjaga ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Dengan pemanfaatan teknologi 4.0 petani Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya operasional, dan mengurangi dampak lingkungan. Hal ini juga dapat membantu mereka menjadi lebih berkelanjutan dan bersiap menghadapi perubahan iklim serta tantangan lain yang terkait dengan pertanian.

Sub Judul 2 : Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia

Revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang hanya beberapa daerah saja yang sudah merasakan perkembangan teknologi pertanian 4.0. Berikut ini merupakan beberapa hal yang menjadi tantangan teknologi 4.0 dalam membangun kemajuan pertanian di indonesia

1.    Infrastruktur dan Akses Internet

Keterbatasan infrastruktur dan akses internet di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu tantangan signifikan dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian. Rachmawati & Gunawan (2020) menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah pedesaan masih mengalami keterbatasan dalam konektivitas internet, sehingga banyak petani tidak dapat mengakses teknologi modern. Ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk memanfaatkan inovasi pertanian yang menggunakan data digital, seperti pemantauan tanaman dengan sensor atau drone, manajemen persediaan dengan teknologi Internet of Things (IoT), dan berbagi informasi pasar melalui aplikasi mobile. Kurangnya infrastruktur digital juga berdampak pada akses petani ke peralatan teknologi yang diperlukan, sementara biaya investasi dalam infrastruktur digital yang lebih baik bisa menjadi hambatan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta untuk meningkatkan konektivitas internet di seluruh Indonesia, mengurangi biaya akses, dan menyelenggarakan pelatihan yang relevan kepada petani. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan akses yang lebih luas ke internet, petani dapat memanfaatkan Teknologi 4.0 untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi pemborosan sumber daya, dan mencapai ketahanan pangan yang lebih baik.

2.    Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia

Kondisi lahan pertanian di Indonesia merupakan salah satu tantangan serius dalam pengembangan sektor pertanian yang membutuhkan perhatian serius. Terdapat kesenjangan antara pemilikan lahan pertanian yang terbatas di kalangan petani, terutama mereka yang memiliki lahan berukuran kecil, dengan lonjakan harga tanah di wilayah strategis yang membuat sulit bagi petani untuk memperluas lahan mereka. Seiring dengan itu, banyak lahan di daerah pedalaman yang masih tidak tergarap, sedangkan lahan pertanian strategis menjadi target konversi ke penggunaan non-pertanian yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Dampak konversi lahan ini mempengaruhi pasokan lahan yang tersedia untuk pertanian dan dapat meningkatkan tekanan pada lahan pertanian yang tersisa.

Wardhiani (2019) menjelaskan bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

Dalam konteks Teknologi 4.0, upaya perlu difokuskan pada pengoptimalan penggunaan lahan yang tersedia, pendekatan pertanian presisi, dan upaya perlindungan terhadap konversi lahan yang berlebihan. Melalui perencanaan yang bijak dan kebijakan yang mendukung, Indonesia dapat memanfaatkan potensi pertanian dengan lebih efisien meskipun menghadapi keterbatasan lahan yang tersedia.

3.    Biaya yang Tinggi

Biaya yang tinggi menjadi salah satu hambatan utama dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di Indonesia (Rachmawati, 2020). Petani, terutama yang berukuran kecil dengan sumber daya terbatas, seringkali kesulitan untuk menghadapi biaya investasi awal yang dibutuhkan untuk membeli peralatan dan infrastruktur teknologi yang diperlukan. Selain itu, penggunaan teknologi ini juga mengharuskan petani untuk memiliki pemahaman dan keterampilan yang lebih lanjut, yang memerlukan pelatihan. Biaya operasional seperti biaya konektivitas internet, pemeliharaan perangkat, dan perangkat lunak juga harus diperhitungkan dalam anggaran. Petani juga perlu menghadapi biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang mencakup insentif keuangan, program pelatihan, dan akses yang lebih baik ke teknologi untuk membantu petani mengatasi hambatan biaya ini.

4.    Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat

Tantangan utama dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di Indonesia adalah kurangnya penerimaan dan pemahaman masyarakat terhadap teknologi ini. Teknologi yang canggih dan kompleks seringkali membingungkan petani, terutama yang tinggal di pedesaan. Mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup atau akses ke pelatihan yang diperlukan untuk mengoperasikan teknologi ini dengan efektif. Selain itu, ada keraguan terkait dengan keberlanjutan teknologi ini, serta dampaknya terhadap tradisi pertanian yang telah ada selama bertahun-tahun. Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan pendidikan dan pelatihan yang komprehensif sangat penting. Pemerintah, lembaga riset, dan organisasi pertanian harus bekerja sama untuk memberikan sumber daya dan pendampingan teknis kepada petani, sehingga mereka dapat memahami dan mengadopsi Teknologi 4.0 dengan lebih percaya diri. Selain itu, informasi yang jelas dan edukasi tentang manfaat teknologi ini perlu disampaikan kepada masyarakat untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang peran teknologi dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.

Peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern. Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan.

Kesimpulan

Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa Teknologi 4.0 memiliki potensi besar untuk menghadirkan perubahan positif dalam sektor pertanian Indonesia. Melalui penerapan konsep smart farming, digitalisasi pertanian, dan pemanfaatan data yang cerdas, petani memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, kualitas produk pertanian, serta daya saing di pasar global. Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, termasuk keterbatasan infrastruktur dan akses internet, kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan, biaya tinggi, serta tingkat pemahaman yang perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat tentang potensi teknologi ini. Upaya bersama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa Teknologi 4.0 dapat memberikan manfaat maksimal bagi pertanian Indonesia. Oleh karena itu, dalam perkembangan teknologi perlu ada pendekatan yang bijak dan berkelanjutan. Teknologi 4.0 dalam pertanian dapat memberikan manfaat besar jika dikelola dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, R. D. 2020. Pertanian berkelanjutan berbasis revolusi industri 4.0. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services)3(1) : 26.

Rachmawati, R. R. 2020. Smart Farming 4.0 Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, Dan Modern. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 38 (2) : 137-154.

Rachmawati, R. R., & Gunawan, E. 2020. Peranan petani milenial mendukung ekspor hasil pertanian di Indonesia. Forum penelitian agro ekonomi, 38 (1) : 67-87.

Sawitri, D. 2019. Revolusi Industri 4.0: Big Data Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Maksitek4(3) : 1-9

Wardhani, M. F., Puspitasari, D., & Mujib, M. 2023. Peran Menanamkan Nilai Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. BISECER (Business Economic Entrepreneurship)5(2) : 14-22.

Wardhiani, W. F. 2019. Peran Politik Pertanian dalam Pembangunan Pertanian menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di Sektor Pertanian. JISIPOL Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik3(2) : 83-94.

 

www.upnjatim.ac.id

agrotek.upnjatim.ac.id

Komentar

  1. Saya ingin berbagi di sini tentang bagaimana Tuan Pedro memberi saya pinjaman sebesar £820.000,00 untuk memperluas bisnis saya dengan tingkat pengembalian tahunan 2%. Saya sangat bersyukur dan saya pikir saya harus membagikannya di sini. Berikut alamat emailnya: pedroloanss@gmail.com / WhatsApp +393510140339 jika ada di sini yang mencari suku bunga pinjaman yang terjangkau.

    BalasHapus

Posting Komentar