Peluang dan Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia
Peluang
dan Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia
(Rafi’
Zharfan Maulana/22025010047)
Pendahuluan
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berrarti negara Indonesia
mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai
penopang perekonomian. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman
bahan pangan, subsektor perikanan, subsektor kehutanan, dan subsektor
peternakan. Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih berperan
penting bagi kelangsungan negara, dan membangun perekonomian nasional. Hal ini
ditunjukkan sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk
masyarakat Indonesia, dan sebagai penyedia lapangan kerja serta sebagai
pengentasan kemiskinan. Di tengah perubahan global yang cepat, peran Revolusi
4.0 dalam membentuk masa depan pertanian Indonesia menjadi sangat krusial.
Revolusi industri generasi keempat, yang
secara luas dikenal dengan istilah industry 4.0 merupakan sebuah revolusi
industri yang di tandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin
konvergensinya batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya melalui
teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Sawitri (2019) Revolusi Industri 4.0 adalah industri yang
menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren
otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Termasuk sistem cyber-fisik,
Internet of Things (IoT), Komputasi awan dan komputasi kognitif. Wardhani dkk (2023) juga mengatakan bahwa
Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah era industri digital dimana seluruh bagian
yang ada di dalamnya saling berkolaborasi dan berkomunikasi secara real time
dimana saja kapan saja dengan pemanfaatan IT (teknologi informasi) berupa
internet dan CPS, IoT dan IoS guna menghasilkan inovasi baru atau optimasi
lainnya yang lebih efektif dan efisien.
Dalam era Revolusi Industri 4.0, teknologi
modern membawa dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan termasuk
sistem pertanian di Indonesia. Teknologi 4.0 dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan efisiensi di sektor pertanian, sehingga dapat membantu
membangun kemajuan pertanian di Indonesia. Selain itu para petani juga terdapat
berbagai tantangan dalam menghadapi revolusi industry 4.0, oleh karena itu
artikel ini akan membahas peran Teknologi 4.0 dalam pembangunan pertanian di
Indonesia, serta mengidentifikasi tantangan-tantangan yang perlu diatasi serta
peluang yang dapat dimanfaatkan.
Sub Judul 1 : Peluang Teknologi 4.0 dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia
Pertanian merupakan pondasi dasar ekonomi bangsa, dengan pembangunan
pertanian yang baik akan berimbas pada perekonomian yang stabil. Pembangunan
pertanian terhadap perekonomian suatu bangsa adalah berbanding lurus. Suatu
bangsa dapat dikatakan menjadi bangsa yang maju apabila seluruh kebutuhan
primer rakyatnya terpenuhi yaitu kebutuhan pangan. Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengatakan tren otomasi dalam industri 4.0 harus tetap menjaga kebutuhan dasar
masyarakat Indonesia, khususnya di bidang pertanian (Puspitasari, 2020). Dalam
bidang pertanian, teknologi digital bisa dimanfaatkan selama proses on farm dan
off farm.
Penerapan teknologi ini
dapat membantu mencapai target swasembada pangan yang berkelanjutan dan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada. Namun, penerapan Industri 4.0
di sektor pertanian di Indonesia masih terbatas di beberapa daerah
saja. Penerapan Industri 4.0 di sektor pertanian di Indonesia masih
terbatas di beberapa daerah saja karena beberapa faktor. Salah satunya adalah
kurangnya pendidikan dan pelatihan yang memadai bagi petani untuk mengadopsi
dan menggunakan teknologi ini secara efektif. Selain itu, kurangnya insentif
dan subsidi dari pemerintah juga menjadi kendala dalam mengadopsi teknologi 4.0
di sektor pertanian.
Pemanfaatan Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di Indonesia memiliki peluang
besar untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan serta
perkembangan pertanian di Indonesia. Beberapa
peluang penerapan Teknologi 4.0 dalam membangun kemajuan pertanian di Indonesia
antara lain,
1.
Smart
Farming
Smart farming atau pertanian
pintar atau pertanian presisi merupakan pengelolaan pertanian berbasis
teknologi dan inovasi dengan memanfaatkan mesin dan peralatan pertanian serta
teknologi digital di sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas, nilai
tambah, daya saing dan keuntungan secara berkelanjutan. Smart farming
mengacu pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi di sektor pertanian.
Penerapan teknologi ini dapat membantu memantau pertumbuhan tanaman, kelembaban
tanah, dan tingkat nutrisi, serta mengoptimalkan penggunaan pupuk dan
pestisida. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya
produksi. Smart Farming menggunakan teknologi seperti sensor cuaca dan tanah,
aplikasi pendukung, Internet of Things (IoT), Big Data Analytics, dan
Artificial Intelligence (AI) untuk memantau dan mengontrol berbagai aspek dalam
proses pertanian.
Sensor cuaca dan tanah dapat
digunakan untuk memantau kondisi cuaca dan tanah secara real-time. Data yang
dikumpulkan oleh sensor ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan air
dan pupuk, serta memprediksi cuaca yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pendukung dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data
dari sensor cuaca dan tanah. Aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi tentang
penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat, serta memberikan peringatan dini
tentang kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. IoT dapat
digunakan untuk memantau dan mengontrol berbagai aspek dalam proses pertanian,
seperti kelembaban tanah, suhu, dan kelembaban. Sensor IoT dapat digunakan
untuk mengumpulkan data tentang pertumbuhan tanaman, kelembaban tanah, dan
tingkat nutrisi, yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk dan
pestisida. Big Data Analytics dan AI dapat digunakan untuk menganalisis data
yang dikumpulkan dari sensor IoT dan sumber lainnya untuk mengoptimalkan hasil
panen dan mengurangi limbah. Dalam konsep Smart Farming, teknologi IoT tidak
berdiri sendiri, tetapi juga harus diterapkan berdampingan dengan teknologi ICT
lainnya agar kita bisa memperoleh manfaat maksimal.
2.
Digitalisasi
Pertanian
Digitalisasi pertanian merupakan salah satu peluang penerapan revolusi
industri 4.0 dalam membangun kemajuan pertanian di Indonesia dalam proses on
farm. Digitalisasi pertanian dapat membantu mempermudah serta memperlancar
semua proses pertanian mulai dari produksi hingga pemasaran. Penerapan smart
farming 4.0 bukan hanya sekedar tentang penerapan teknologi semata, namun kunci
utamanya adalah data yang terukur. Data ini yang nantinya akan dibaca serta
digunakan sebagai parameter bagi pelaku pertanian untuk mendapatkan acuan serta
rekomendasi pada praktek pertaniannya, sehingga diperlukan lebih efisien serta
efektif pada mengoptimalkan seluruh asal daya alam yang dimilikinya.
Digitalisasi pertanian juga dapat membantu petani dalam mengelola lahan
pertanian mereka.
Dalam penerapannya, digitalisasi pertanian dapat membantu petani dalam
memantau dan memprediksi kondisi tanaman, mengoptimalkan penggunaan sumber daya
seperti air, pupuk, dan pestisida, serta memperoleh hasil panen yang lebih baik
dan lebih berkelanjutan di masa depan. Selain itu, digitalisasi pertanian juga
dapat membantu petani dalam mengelola lahan pertanian mereka, seperti memantau
kondisi tanah dan memperoleh rekomendasi tentang penggunaan pupuk yang tepat.
Dalam konsep smart farming, semua data on farm akan dianalisa secara menyeluruh
oleh sistem aplikasi dan dipergunakan menjadi acuan buat pengambilan keputusan
serta prediksi pertanian kedepan. Hasil analisa juga bisa dipergunakan oleh
petani untuk mendapatkan solusi terkait dengan budidaya pertanian. Dalam rangka
mewujudkan potensi digitalisasi pertanian, pemerintah perlu memberikan
pendidikan dan pelatihan yang memadai kepada petani agar dapat mengadopsi dan
menggunakan teknologi ini secara efektif. Pemerintah juga dapat memberikan
insentif dan subsidi untuk mendorong petani mengadopsi teknologi ini.
3.
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi
Penerapan revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian Indonesia membawa
perubahan signifikan dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
pertanian. Melalui digitalisasi pertanian, petani kini memiliki akses ke
teknologi canggih seperti sensor tanah, sistem irigasi otomatis yang terhubung
dengan sensor cuaca, serta pemantauan drone yang memungkinkan pemantauan
tanaman dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dengan bantuan teknologi ini,
petani dapat mengelola lahan pertanian mereka dengan presisi yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Mereka dapat mengukur kelembaban tanah dan kandungan
nutrisi, mengatur irigasi yang optimal, serta mendeteksi potensi serangan hama
atau penyakit secara lebih dini. Hasilnya adalah peningkatan kualitas tanaman
dan penurunan kerugian panen, yang memberikan hasil yang lebih baik dan lebih
berkelanjutan.
Peningkatan kualitas produksi juga terkait erat dengan penggunaan data
cuaca yang lebih akurat dan pemantauan perubahan iklim. Dengan pemahaman yang
lebih baik tentang cuaca, petani dapat merencanakan penanaman dan perawatan
tanaman yang sesuai dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah. Ini membantu
mengurangi risiko gagal panen dan menjaga kualitas hasil pertanian. Sementara
itu, penggunaan drone dalam pemetaan lahan dan pemantauan pertumbuhan tanaman
memberikan pandangan yang lebih luas dan mendetail tentang keadaan lapangan.
Ini membantu petani dalam mengoptimalkan penggunaan lahan mereka dan memastikan
kuantitas hasil yang lebih tinggi. Selain itu, manajemen persediaan yang lebih
efisien juga berkontribusi pada peningkatan kuantitas produksi dengan
mengurangi pemborosan sumber daya pertanian seperti pupuk dan pestisida.
4.
Peningkatan Daya Saing
Peningkatan daya saing dalam sektor pertanian di Indonesia
merupakan sebuah upaya integral dalam memperkuat peran negara ini di pasar
global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Implementasi Industri 4.0 dalam sektor
pertanian adalah langkah yang sangat penting dalam meningkatkan daya saing
sektor agrikultur Indonesia. Ini membawa berbagai manfaat yang signifikan.
Salah satunya adalah peningkatan efisiensi dalam proses usahatani. Dengan
teknologi Internet of Things (IoT) dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
yang bekerja berdampingan, petani dapat memantau dan mengelola tanaman dan
peternakan mereka secara lebih efisien. Sensor dan perangkat terhubung
memungkinkan pemantauan yang real-time terhadap kondisi tanah dan tanaman,
sehingga tindakan perbaikan dapat diambil lebih cepat. Hal ini mengurangi
pemborosan sumber daya dan meningkatkan produktivitas.
Peningkatan daya saing ini
juga memberikan dampak langsung pada ekspor produk pertanian Indonesia. Produk
pertanian yang dihasilkan dengan kualitas lebih baik dan efisiensi yang lebih
tinggi lebih menarik bagi pasar global. Selain itu, teknologi 4.0 memungkinkan
pelacakan dan transparansi yang lebih baik dalam rantai pasokan pertanian, yang
dapat membantu memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan oleh
pasar global. Dengan kata lain, melalui pemanfaatan Industri 4.0, sektor
pertanian Indonesia dapat bersaing secara lebih efektif di pasar internasional,
meningkatkan pangsa ekspornya, dan pada akhirnya, mendukung pertumbuhan ekonomi
negara. Peningkatan daya
saing memungkinkan inovasi dalam produk pertanian, seperti pengembangan
varietas tanaman yang tahan terhadap penyakit atau penggunaan metode pertanian
yang lebih berkelanjutan. Inovasi ini dapat memberikan keunggulan kompetitif
yang kuat di pasar global.
5.
Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional
Meningkatkan ketahanan
pangan nasional merujuk pada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan
pangan penduduknya secara berkelanjutan dan mandiri, tanpa tergantung pada
impor pangan dari negara lain. Hal ini mencakup aspek produksi, distribusi, dan
akses masyarakat terhadap pangan yang cukup, aman, bergizi, dan terjangkau. Meningkatkan
ketahanan pangan adalah upaya untuk menjaga suplai pangan yang memadai untuk
penduduk negara, bahkan dalam situasi yang mungkin penuh tantangan seperti
perubahan iklim, krisis ekonomi, atau bencana alam.
Penerapan revolusi industri
4.0 di sektor pertanian merupakan sarana yang sangat efektif dalam mencapai
sasaran meningkatkan ketahanan pangan. Melalui teknologi canggih seperti IoT,
sensor, dan analitik data, petani dapat mengelola lahan dan sumber daya mereka
dengan lebih cerdas. Ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan
efisiensi produksi pertanian. Ketika produksi pertanian meningkat secara
berkelanjutan, ini membantu dalam mencapai swasembada pangan yang lebih stabil,
sehingga Indonesia menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan
nasional. Selain itu, dengan produksi pangan yang berlimpah, peluang ekspor
produk pertanian ke pasar internasional juga semakin besar. Ini menciptakan
potensi pendapatan yang signifikan bagi petani dan negara secara keseluruhan. Penerapan
revolusi industri 4.0 di sektor pertanian bukan hanya tentang meningkatkan
produktivitas, tetapi juga tentang menjaga keberlanjutan. Dengan menggunakan
sumber daya dengan bijak dan mengurangi limbah, teknologi ini membantu dalam
menjaga ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Dengan pemanfaatan teknologi 4.0 petani Indonesia memiliki peluang untuk
meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya operasional, dan mengurangi dampak
lingkungan. Hal ini juga dapat membantu mereka menjadi lebih berkelanjutan dan
bersiap menghadapi perubahan iklim serta tantangan lain yang terkait dengan
pertanian.
Sub Judul 2 : Tantangan Teknologi 4.0 dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia
Revolusi industri 4.0 dalam sektor pertanian ternyata lebih dominan
terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu
keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding
penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan
dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0,
terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang hanya beberapa
daerah saja yang sudah merasakan perkembangan teknologi pertanian 4.0. Berikut
ini merupakan beberapa hal yang menjadi tantangan teknologi 4.0 dalam membangun
kemajuan pertanian di indonesia
1.
Infrastruktur dan Akses Internet
Keterbatasan infrastruktur
dan akses internet di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu tantangan
signifikan dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian. Rachmawati & Gunawan (2020) menjelaskan bahwa sebagian
besar wilayah pedesaan masih mengalami keterbatasan dalam konektivitas
internet, sehingga banyak petani tidak dapat mengakses teknologi modern. Ini
mempengaruhi kemampuan mereka untuk memanfaatkan inovasi pertanian yang
menggunakan data digital, seperti pemantauan tanaman dengan sensor atau drone,
manajemen persediaan dengan teknologi Internet of Things (IoT), dan berbagi
informasi pasar melalui aplikasi mobile. Kurangnya infrastruktur digital juga
berdampak pada akses petani ke peralatan teknologi yang diperlukan, sementara
biaya investasi dalam infrastruktur digital yang lebih baik bisa menjadi
hambatan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, dan sektor swasta untuk meningkatkan konektivitas internet
di seluruh Indonesia, mengurangi biaya akses, dan menyelenggarakan pelatihan
yang relevan kepada petani. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan akses yang
lebih luas ke internet, petani dapat memanfaatkan Teknologi 4.0 untuk
meningkatkan produktivitas pertanian, mengurangi pemborosan sumber daya, dan
mencapai ketahanan pangan yang lebih baik.
2.
Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Kondisi lahan pertanian di
Indonesia merupakan salah satu tantangan serius dalam pengembangan sektor
pertanian yang membutuhkan perhatian serius. Terdapat kesenjangan antara
pemilikan lahan pertanian yang terbatas di kalangan petani, terutama mereka
yang memiliki lahan berukuran kecil, dengan lonjakan harga tanah di wilayah
strategis yang membuat sulit bagi petani untuk memperluas lahan mereka. Seiring
dengan itu, banyak lahan di daerah pedalaman yang masih tidak tergarap,
sedangkan lahan pertanian strategis menjadi target konversi ke penggunaan
non-pertanian yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Dampak konversi lahan
ini mempengaruhi pasokan lahan yang tersedia untuk pertanian dan dapat
meningkatkan tekanan pada lahan pertanian yang tersisa.
Wardhiani
(2019) menjelaskan bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di
Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di
daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru
menjadi rebutan dengan harga mahal. Mengingat harga tanah yang semakin melonjak
tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata
kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang
lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi
lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga
menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.
Dalam konteks Teknologi
4.0, upaya perlu difokuskan pada pengoptimalan penggunaan lahan yang tersedia,
pendekatan pertanian presisi, dan upaya perlindungan terhadap konversi lahan
yang berlebihan. Melalui perencanaan yang bijak dan kebijakan yang mendukung,
Indonesia dapat memanfaatkan potensi pertanian dengan lebih efisien meskipun
menghadapi keterbatasan lahan yang tersedia.
3.
Biaya yang Tinggi
Biaya yang tinggi menjadi salah satu hambatan
utama dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di Indonesia
(Rachmawati, 2020). Petani, terutama yang berukuran kecil dengan sumber daya
terbatas, seringkali kesulitan untuk menghadapi biaya investasi awal yang
dibutuhkan untuk membeli peralatan dan infrastruktur teknologi yang diperlukan.
Selain itu, penggunaan teknologi ini juga mengharuskan petani untuk memiliki
pemahaman dan keterampilan yang lebih lanjut, yang memerlukan pelatihan. Biaya
operasional seperti biaya konektivitas internet, pemeliharaan perangkat, dan
perangkat lunak juga harus diperhitungkan dalam anggaran. Petani juga perlu
menghadapi biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan. Oleh karena itu, penting
untuk mencari solusi yang mencakup insentif keuangan, program pelatihan, dan
akses yang lebih baik ke teknologi untuk membantu petani mengatasi hambatan
biaya ini.
4.
Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima
Masyarakat
Tantangan utama dalam mengadopsi Teknologi 4.0 dalam sektor pertanian di
Indonesia adalah kurangnya penerimaan dan pemahaman masyarakat terhadap
teknologi ini. Teknologi yang canggih dan kompleks seringkali membingungkan
petani, terutama yang tinggal di pedesaan. Mereka mungkin tidak memiliki
pemahaman yang cukup atau akses ke pelatihan yang diperlukan untuk
mengoperasikan teknologi ini dengan efektif. Selain itu, ada keraguan terkait
dengan keberlanjutan teknologi ini, serta dampaknya terhadap tradisi pertanian
yang telah ada selama bertahun-tahun. Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan
pendidikan dan pelatihan yang komprehensif sangat penting. Pemerintah, lembaga
riset, dan organisasi pertanian harus bekerja sama untuk memberikan sumber daya
dan pendampingan teknis kepada petani, sehingga mereka dapat memahami dan
mengadopsi Teknologi 4.0 dengan lebih percaya diri. Selain itu, informasi yang
jelas dan edukasi tentang manfaat teknologi ini perlu disampaikan kepada
masyarakat untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang peran teknologi
dalam meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup
bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri
4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan
besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi
dengan teknologi modern. Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai
sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan
secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian
misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau
merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan.
Kesimpulan
Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa Teknologi 4.0 memiliki potensi
besar untuk menghadirkan perubahan positif dalam sektor pertanian Indonesia.
Melalui penerapan konsep smart farming, digitalisasi pertanian, dan pemanfaatan
data yang cerdas, petani memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi, kualitas produk pertanian, serta daya saing di pasar global. Namun,
ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, termasuk keterbatasan infrastruktur
dan akses internet, kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan, biaya tinggi,
serta tingkat pemahaman yang perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat tentang
potensi teknologi ini. Upaya
bersama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta sangat
diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa Teknologi 4.0
dapat memberikan manfaat maksimal bagi pertanian Indonesia. Oleh karena itu, dalam
perkembangan teknologi perlu ada pendekatan yang bijak dan berkelanjutan.
Teknologi 4.0 dalam pertanian dapat memberikan manfaat besar jika dikelola dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, R. D. 2020.
Pertanian berkelanjutan berbasis revolusi industri 4.0. Jurnal Layanan
Masyarakat (Journal of Public Services), 3(1) : 26.
Rachmawati, R. R. 2020.
Smart Farming 4.0 Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, Dan
Modern. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 38 (2) : 137-154.
Rachmawati, R. R., &
Gunawan, E. 2020. Peranan petani milenial mendukung ekspor hasil pertanian di
Indonesia. Forum penelitian agro ekonomi, 38 (1) : 67-87.
Sawitri, D. 2019. Revolusi
Industri 4.0: Big Data Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Ilmiah Maksitek, 4(3) : 1-9
Wardhani, M. F.,
Puspitasari, D., & Mujib, M. 2023. Peran Menanamkan Nilai Kewirausahaan
Pada Anak Usia Dini Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. BISECER
(Business Economic Entrepreneurship), 5(2) : 14-22.
Wardhiani, W. F. 2019. Peran
Politik Pertanian dalam Pembangunan Pertanian menghadapi Era Revolusi Industri
4.0 di Sektor Pertanian. JISIPOL Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 3(2)
: 83-94.
agrotek.upnjatim.ac.id
Saya ingin berbagi di sini tentang bagaimana Tuan Pedro memberi saya pinjaman sebesar £820.000,00 untuk memperluas bisnis saya dengan tingkat pengembalian tahunan 2%. Saya sangat bersyukur dan saya pikir saya harus membagikannya di sini. Berikut alamat emailnya: pedroloanss@gmail.com / WhatsApp +393510140339 jika ada di sini yang mencari suku bunga pinjaman yang terjangkau.
BalasHapus